Sejarah Telekomunikasi di Indonesia
Sejarah
telekomunikasi di Indonesia bermula saat telegraf diperkenalkan tanggal 23
Oktober 1855 oleh pemerintah Hindia Belanda, yaitu berupa telegraf elektro
magnit yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Buitenzorg (Bogor). Dua tahun
kemudian dibuka saluran Jakarta-Surabaya dengan cabang Semarang-Ambarawa. Sejak
itu jasa telegraf dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dua tahun kemudian
panjang saluran telegrap berkembang terus sehingga mencapai 2.700 kilometer,
dilayani oleh 28 kantor telegrap. Di sepanjang rel kereta api didirikan
tiang-tiang telegraf. Sementara itu kabel laut telah terpasang antara Jakarta
dan Singapura, selanjumya dari Jawa (Banyuwangi) ke Australia (Darwin).
Keberadaan
telekomunikasi sangat berperan di Indonesia. Hal ini bisa direfleksikan ketika
mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Berbagai media komunikasi digunakan untuk
menyebarkan kabar kemerdekaan mulai dari surat, telegram, berita di koran /
buletin hingga telepon, dan yang terpenting adalah siaran lewat RRI.
Telekomunikasi menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia. Mulai dari zaman revolusi hingga kemerdekaan kemudian berkembang dizaman orde lama dan mengalami kemajuan pesat di zaman orde baru yang ditandai dengan peluncuran satelit Palapa 1 tahun 1976. Saat itu sempat terjadi pro-kontra tapi pada akhirnya harus diakui satelit Palapa banyak memberikan manfaat.
Telekomunikasi menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia. Mulai dari zaman revolusi hingga kemerdekaan kemudian berkembang dizaman orde lama dan mengalami kemajuan pesat di zaman orde baru yang ditandai dengan peluncuran satelit Palapa 1 tahun 1976. Saat itu sempat terjadi pro-kontra tapi pada akhirnya harus diakui satelit Palapa banyak memberikan manfaat.
Hubungan
telepon lokal digunakan pertama kali pada tanggal 16 Oktober 1882 dan
diselenggarakan oleh perusahaan swasta. Jaringan telepon tersebut membentang
antara Gambir dan Tanjung Priok di Batavia, disusul dua tahun kemudian hubungan
telepon di Semarang dan Surabaya. Perusahaan swasta itu mendapat izin konsesi
selama dua puluh lima tahun. Tampaknya pengusahaan alat komunikasi hasil
penemuan Alexander Graham Bell pada tahun 1876 itu cepat berkembang sehingga
dalam tahun 1905 jumlah perusahaan telepon di Hindia Belanda menjadi 38.
Khusus
untuk hubungan telepon interlokal, perusahaan Intercommunaal Telefoon
Maatschappij memperoleh konsesi selama dua puluh lima tahun untuk hubungan
Batavia-Semarang, selanjutnya Batavia-Surabaya, disusul Batavia-Bogor dan
kemudian Bandung-Sukabumi. Dalam pengembangan jaringan telepon ternyata
perusahaan-perusahaan telepon itu hanya membuka hubungan telepon di kota-kota
besar yang mendatangkan untung saja sehingga penyebaran jaringan telepon tidak
merata. Akhirnya dalam tahun 1906 setelah jangka waktu konsesi berakhir, semua
pengusahaan jaringan telepon diambil alih dan dikelola oleh Pemerintah Hindia
Belanda melalui pembentukan Post, Telegraaf en Telefoon Dienst, kecuali
jaringan telepon Perusahaan Kereta Api Deli (Deli Spoor Maatschappij, DSM).
Sejak saat itulah pelayanan jasa telekomunikasi dikelola oleh pemerintah secara
monopoli.
Jaringan
telepon itu semula menggunakan sistem baterai lokal dan kawat tunggal yang
terpasang di atas permukaan tanah sehingga sering mengalami gangguan.
Pembaharuan dan modernisasi kemudian dilaksanakan, pemasangan kabel jarak jauh
diterapkan di bawah permukaan tanah, kawat tunggal diganti dengan kawat
sepasang dan menggunakan sistem baterai sentral. Pengembangan telekomunikasi di
masa itu tentu saja memerlukan pegawai-pegawai yang berpendidikan, baik dari
pihak pribumi maupun dari Belanda. Itulah sebabnya Dinas PTT menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan. misalnya kursus mengetok kawat morse di Jakarta dan
kursus asisien di Surabaya. Pendidikan yang lebih tinggi lagi diadakan di
Belanda. Banyak pribumi yang menjadi pegawai PTT walaupun gaji bagi pribumi,
lebih rendah ketimbang pegawai Belanda. Memperoleh sebutan sebagai Den Ajung
(adjunct inspector) atau Den Komis (commies) sangatlah membanggakan bagi
pribumi karena gaji pegawai PTT lebih tinggi daripada pegawai dinas lain,
meskipun gaji asisten pribumi dibandingkan dengan asisten Belanda jauh
ketinggalan.
Menurut
penuturan R. Samdjoen yang mulai memasuki dinas PTT tahun 1929 dan pernah
menjadi Direktur Jenderal PTT, teknisi telekomunikasi didatangkan dari Belanda
dan hanya terdapat seorang teknisi radio pribumi. yaitu Soedirdjo yang ikut
membangun stasiun radio penerima Malabar tahun 1920, stasiun radio tertua di
Indonesia dan terbesar di belahan bumi selatan. Prioritas pemakaian jasa
telepon waktu itu diberikan kepada pejabai-pejabat pemerintah dan pengusaha.
Para bupati dan wedana di Pulau Jawa memiliki pesawat telepon. pembiayaannya
ditanggung pemerintah. Adapun pesawat telepon yang digunakan ialah jenis
telepon baterai lokal, jarak jangkauannya terbatas. Berbicara dengan telepon
engkol tersebut harus keras, bahkan boleh dikata harus beneriak. Bukan aneh
kalau ada pelanggan yang memaki-maki operator. Ada juga operator yang didatangi
pelanggan dan “dihajar” karena pelanggan itu merasa disepelekan. Hal itu
disebabkan penyambungan telepon ditangani secara manual sehingga tidak dapat
dilayani secara cepat.
Seiring
dengan bangkitnya gerakan nasional dan melihat sistem penggajian yang tidak
adil, lahirlah berbagai perhimpunan buruh di lingkungan PTT seperti Postbond,
Midpost/Inspecteurs Bond dan Perkumpulan Pegawai PTT Rendahan (PTTR). Adapun
Midpost dan PTTR memiliki warna nasionalisme yang tegas.
Perkumpulan-perkumpulan ini didirikan karena kenyataan meskipun jumlah pegawai
pribumi merupakan bagian terbesar dari pegawai PTT tetapi dianaktirikan oleh
pimpinan. Di antara para pemimpin gerakan nasional yang mendorong pembentukan
Midpost adalah R.P. Soeroso, anggota Volksraad. Setelah Pemerintah Hindia
Belanda gulung tikar akibat serbuan balatentara Jepang di tahun 1942, Dinas PTT
dibagi sesuai dengan daerah kekuasaan milker Jepang. Daerah Jawa dan Madura di
bawah komando Angkatan Darat Jepang ke-16, daerah Sumatera di bawah komando
Angkatan Darat Jepang ke-25 dan kepulauan Indonesia Timur di bawah komando
Armada ke-3 Angkatan Laut Jepang.
Jawatan
PTT alias Tsusinkyoku diberi tugas utama membantu kelancaran “Perang Asia Timur
Raya” ala Jepang dan menjaga keamanan pemerintahan militer. Stasiun radio
pemancar Dayeuhkolot yang terletak tujuh kilometer sebelah selatan Bandung
dikelola oleh perusahaan telekomunikasi swasta Jepang Kokusai Denki Tsusinkyoku
yang berpusat di Jepang. Stasiun radio ini waktu itu merupakan stasiun radio
terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Selama pendudukan Jepang
hubungan ke luar negeri oleh stasiun radio Dayeuhkolot hanya terpancar ke
Jepang dan Jerman. Baik stasiun radio pemancar di Dayeuhkolot dan stasiun radio
penerima di Rancaekek di sebelah timur Bandung dipimpin oleh orang-orang
Jepang, begitu pula kantor telegrap di Bandung. Berhubung beberapa pemancar
digunakan khusus untuk keperluan militer, setiap pegawai Indonesia diawasi
secara ketat. Sekalipun demikian, kedatangan Jepang di lingkungan PTT ini dapat
dipandang menguntungkan juga. Orang-orang Belanda yang dulu menduduki
kursi-kursi pimpinan telah tergusur. Banyak kursi pimpinan ditempati oleh
pegawai Indonesia sehingga mcrcka memperoleh pengalaman untuk memimpin. Jawatan
PTT di Sumatera semula dipusatkan di Shonanto (Singapura) karena Sumatera dan
Semenanjung Malaya oleh Pemerintah Jepang dijadikan satu daerah komando.
Keadaan
telekomunikasi kita di Jawa pada zaman pendudukan Jepang buruk sekali. Tenaga
pimpinan dan teknisi Belanda dan Indo ditahan oleh Jepang sehingga PTT
kekurangan tenaga. R. Samdjoen, ketika itu bekerja pada bagian laboratorium dan
merasakan betapa kurangnya tenaga yang cakap, memberanikan diri mendidik
pemuda-pemuda Indonesia menjadi teknisi telekomunikasi. Permintaan itu
berhasil. Perbedaan fungsi utama Dinas PTT pada zaman Belanda dan Jepang memang
ada. Dinas PTT Hindia Belanda tidak bertujuan komersial semata, juga
diperuntukkan bagi pelayanan masyarakat, sedangkan pada zaman Jepang Jawatan
PTT lebih digunakan untuk mendukung “Perang Asia Timur Raya.” Banyak pemancar,
peralatan dan perlengkapan telekomunikasi diangkut ke medan perang. Namun ada
juga untungnya karena angkatan laut Jepang memperkenalkan penggunaan radar
kepada para teknisi Indonesia.
Di
daerah lain, khususnya di Sumatera perkembangan telekomunikasi pada masa itu
cukup bagus. Jaringan telegrap morse menghubungkan seluruh kota, bahkan dari
Bukittinggi dapat dihubungi Bandung, Singapura dan Tokyo. Unit-unit
telekomunikasi milik PTT terdiri dari terminal telegrap di Birugo dan stasiun
penerima di Tarok, keduanya di Sumatera Barat. Pemancar radio di Bukitcangang –
di daerah Bukittinggi – berada di bawah permukaan tanah dan pesawat carrier
ditempatkan dalam sebuah bungker di Atas Ngarai, Bukittinggi. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa Jepang sudah memperkirakan kemungkinan terjadinya serangan
udara Sekutu karena Bukittinggi menjadi pusat pemerintahan. Mereka pun menduga
bahwa pemancar-pemancar radio akan menjadi serangan pemboman. Itulah sebabnya
Jepang menyiapkan pemancar-pemancar cadangan dengan penempatan yang terpencar.
Pada
stasiun-stasiun pemancar dan pusat-pusat telekomunikasi penting di Garegeh dan
Tarok terdapat tenaga-tenaga terdidik yang didatangkan dari Bandung.
Pemuda-pemuda Indonesia yang bekerja pada pusat-pusat telekomunikasi tersebut
ternyata dapat pula menyumbangkan sesuatu bagi gerakan di bawah tanah. Pesawat
radio di mana-mana disegel oleh Pemerintah Jepang agar bangsa Indonesia “tuli”
terhadap kekalahan demi kekalahan pasukan Jepang. Namun demikian pemuda-pemuda
kita itu dapat mendengarkan siaran radio luar negeri dengan menggunakan
head-set agar suaranya tidak terdengar keluar. Tentu penyadapan berita semacam
itu dianggap oleh Jepang sebagai pelanggaran berat. Seorang pegawai suku Ambon
ketahuan mendengarkan siaran radio luar negeri. Militer Jepang menangkapnya,
menuduhnya sebagai mata-mata musuh dan selanjutnya hilang tak tentu rimbanya.
Memudarnya
kekuasaan Belanda yang telah bercokol selama tiga setengah abad di Indonesia
dan makin merosotnya kekuatan balatentara Jepang di segenap garis pertempuran
kawasan Asia dan Pasifik, semakin menebalkan keyakinan para pegawai Indonesia
dalam tubuh PTT bahwa suatu saat pasti bangsa Indonesia akan mencapai
kemerdekaan. Guna menyongsong saat bersejarah itu diperlukan persiapan, baik
untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan maupun mempersiapkan segala macam
pekerjaan dan pimpinan jawatan. Kegiatan persiapan itu – tentu saja tidak dapat
dilakukan secara terbuka dan bebas – terutama di kalangan pegawai yang
berkedudukan cukup tinggi dan para siswa sekolah PTT dan Controleurs Cursus dan
Bedrijfsambtenaar Cursus di Jalan Banda, Bandung. Dalam pertemuan ramah-tamah,
mereka seakan-akan tidak memikirkan gentingnya perang yang memperebutkan daerah
subur Indonesia, terseliplah bisik-bisik tentang kemungkinan munculnya
kesempatan memerdekakan bangsa. Salah seorang siswa bernama Soetoko yang menonjol
peranannya dalam mempersatukan gagasan patriotik, pada awal tahun 1942 telah
menemui Mas Soeharto yang waktu itu menjabat Kepala Biro berpangkat Controleur
I. la adalah satu-satunya pegawai Indonesia yang paling tinggi pangkatnya di
lingkungan PTT. Dibicarakanlah oleh keduanya kemungkinan pengambilalihan
pimpinan PTT bila sewaktu-waktu Pemerintah Hindia Belanda jatuh. Tidak ada
perbedaan pendapat antara Soetoko yang muda dan penuh keberanian dengan Mas
Soeharto yang mengetahui seluk beluk Jawatan PTT Kalaupun ada perbedaan,
hanyalah mengenai pelaksanaannya.
Gagasan
Soetoko memang mewakili cita-cita dan watak kaum muda yang bersemangat, berani
tapi mungkin juga kurang matang dalam pertimbangan. Mas Soeharto mewakili
pendapat, bahwa pengambilalihan Kantor Pusat PTT tanpa disertai gerakan dan
tindakan yang sejalan di kota-kota lain seluruh Indonesia, mungkin akan sia-sia
dan dapat merugikan gerakan nasional. Melalui pembicaraan yang matang, gagasan
para pemuda yang diwakili oleh Soetoko dapat dilunakkan. Gagasan itu urung
karena penyerbuan Jepang ke Hindia Belanda hanya berlangsung sebentar dan
Belanda cepat takluk. Jepang pun segera menguasai keadaan dan menyusun
pemerintahan. Namun cita-cita para pemuda yang tumbuh sejak goyahnya kekuasaan
Hindia Belanda, terus berkembang dalam penjajahan Jepang. Propaganda manis
Jepang yang menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia “di kelak kemudian
hari” tidak mempan lagi karena ternyata pemerasan dan penindasan yang
dilakukannya sangat kejam. Di mana-mana terjadi kelaparan karena beras
Indonesia diangkut Jepang untuk memberi makan serdadu-serdadunya yang tersebar
di kawasan Asia dan kepulauan Pasifik.
Dari
segala pemaksaan dan penindasan itu muncul pula kesempatan yang amat berguna
bagi penggemblengan semangat kemiliteran dan patriotisme. Konon dalam
menghadapi serbuan Sekutu, Jepang mengadakan latihan keprajuritan bagi pemuda
Indonesia. Di Kantor Pusat PTT setiap pagi diadakan latihan taisho (gerak
badan), dilanjutkan dengan latihan baris-berbaris dan kemiliteran serta
perang-perangan. Sebuah pasukan Seinendan (organisasi pemuda bentukan Jepang)
diresmikan dan dikepalai oleh Abdoel Djabar. Sementara itu Soetoko mcmimpin
seluruh barisan Seinendan PTT yang meliputi sekolah PTT, Radio, Laboratorium,
Kantor Pos Besar dan Kantor Telepon. Kemudian dibentuk badan yang bernama
Tsusintai atau Barisan Pusat PTT, dan dibentuk pula Tsusin Tokubetsutai
(Pasukan Istimewa atau Barisan Pelopor PTT). Kader-kader bangsa ini mulai
merintis jaringan komunikasi dalam gerakan bawah tanah dengan kota-kota lain.
Mereka menyusun jaringan penyampaian informasi bawah tanah melalui telepon,
telegram sandi, pos, kurir dan radio.
Pemancar
gelap pun mereka persiapkan. Secara hati-hati mereka memonitor situasi perang
dari berita-berita dan dokumen-dokumen Jepang. Pihak Jepang bukannya tidak
memperhitungkan kemungkinan terjadinya bahaya yang mengancamnya dari masyarakat
Indonesia setelah di mana-mana terjadi kelaparan tetapi tidak sempat bereaksi
karena pasukan Jepang makin terpukul di berbagai medan pertempuran. Tiba-tiba
saja orang-orang Jepang memerintahkan membuat tanggul pengaman di sekeliling
gedung Kantor Pusat PTT. Kios telepon umum di Kantor Pusat PTT diubah menjadi
tempat mikrofon yang dihubungkan dengan pengeras suara guna mengumumkan segala
macam perintah kepada para pegawai. Pidato propaganda sewaktu-waktu disiarkan
melalui pengeras suara itu.
Dalam
pada itu Tsusin Tokubetsutai berhasil mendatangkan pelatih dari pihak militer
Jepang agar memberi pelajaran menggunakan senjata. Siasat jitu ini memungkinkan
pemuda-pemuda anggota Barisan Istimewa PTT mampu menggunakan senjata dan
mengetahui cara pasukan bergerak dalam pertempuran, baik bertahan maupun
menyerang. Kemampuan bela diri pun diajarkan. Guna memudahkan penerimaan
instruksi, pemuda Soeardi Tasrif’ yang pandai berbahasa Jepang ditugaskan
menjadi penerjemah. Kelak Soeardi Tasrif menjadi seorang pengacara terkenal di
Jakarta.
Di
antara para anggota Tsusin Tokubetsutai yang paling giat melakukan hubungan
dengan pemuka-pemuka gerakan nasional ialah Ismojo. Itulah sebabnya kata sandi
yang dipergunakan sebagai titik awal merebut Kantor Pusat PTT dari tangan
Jepang ialah “IS”, suku kata pertama dari nama Ismojo. la memang lebih Ieluasa
berhubungan dengan pemimpin-pemimpin di luar kalangan PTT karena sering
melakukan dinas luar. Pada pertengahan tahun 1945 setelah pasukan Sekutu
berhasil melakukan loncatan katak, yaitu serangan balik pasukan Jenderal
MacArthur yang menduduki pulau demi pulau sehingga berhasil mendekati kepulauan
Jepang, kekalahan Jepang sudah terbayang.
Setelah
bom atom Sekutu memporakporandakan kota Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945,
ketahanan militer Jepang boleh dikata sudah ambruk sama sekali. Begitu bom atom
kedua meluluhlantakkan kota Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945, semangat Jepang
sudah sirna. Esok harinya Kaisar Hirohito menyatakan kekalahan Jepang dan
menyerah tanpa syarat. Jepang masih berusaha menutupi kekalahannya dengan
memperlambat penyebaran berita itu ke wilayah Asia. Tetapi para operator
telepon dan telegrap PTT dapat mengetahui berita penyerahan itu karena
pesawat-pesawat penerima di Bandung tidak disegel. Telegram resmi dari Tokyo
akhirnya diterima di Bandung pada tanggal 13 Agustus 1945.
Pada
waktu itu segera dikirim telegram kepada pernuda-pemuda Jakarta agar mereka
mendesak pemimpin-pemimpin bangsa untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Jika
kemerdekaan tidak segera diumumkan, Indonesia akan kehilangan momentum yang
mungkin tidak akan ada lagi. Berhubung jawaban tidak diterima, tanggal 15
Agustus 1945 dikirim lagi telegram ke Jakarta disertai desakan yang lebih
keras, yaitu jika Jakarta tidak mau mengambil keputusan penting itu maka
Bandung akan bertindak. Kemerdekaan Indonesia pun diproklamasikan pada tanggal
17 Agustus 1945. Beritanya diteruskan melalui telepon. telegrap, radio dan pos
ke semua kantor PTT secara beranting. Informasi dari Bandung yang diterima oleh
kantor telegrap di Bukittinggi tanggal 16 Agustus menyatakan bahwa pada tanggal
17 Agustus 1945 akan terjadi peristiwa penting karena itu operator di
Bukittinggi supaya siap pada pesawatnya. Benar juga, keesokan harinya kantor
telegrap Bukittinggi menerima berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
segera pula secara hari-hati meneruskannya ke kanior-kantor lain di Sumatera.
Berita proklamasi kemerdekaan yang pertama-tama disiarkan ke luar negeri
berasal dari Stasiun Radio Pemancar PTT di Dayeuhkolot pada tanggal 17 Agustus
1945 itu juga.
Betapa
pentingnya alat komunikasi yang dapat menjangkau area yang luas terbukti ketika
Presiden Soekarno hendak memerintahkan penghentian tembak menembak. Ketika itu
perintah Presiden Soekarno yang sedang hijrah ke suatu tempat di sekitar Madiun
dengan peralatan sebuah pesawat pemancar radio mobil PTT dapat dipancarkan dan
diterima pesawat penerima di rumah kediaman Mas Soeharto di Yogyakarta dann
juga direlay oleh semua studio RRI yang masih ada. Debngan peralatan yang
terbatas namun dibalut oleh tekad semangat yang besar, Dinas Jawatan PTT dapat
turut mem-back up perjuangan di berbagai front perjuangan, termasuk dalam
menyebarluaskan rangkaian pidato yang sangat patriotik Bung Tomo dalam
peristiwa 10 November 1945 yang disiarkan berulang-ulang oleh RRI. Di sini
terbukti betapa pentingnya peranan telekomunikasi sebagai salah satu alat
komunikasi yang dapat mengudara dan meniadakan batas maupun hambatan apapun.
Dengan telekomunikasi, persatuan nasional Indonesia dapat terjaga di saat
kondisi negara yang sedang tercerai berai.
Arti Logo Telkom Indonesia
Logo PT
Telkom (Lama)
Arti
Logo TELKOM (Lama) Bentuk bulatan dari logo melambangkan: Keutuhan Wawasan
Nusantara; Ruang gerak TELKOM secara nasional dan internasional. TELKOM yang
mantap, modern, luwes, dan sederhana. Warna biru tua dan biru muda bergradasi
melambangkan teknologi telekomunikasi tinggi/ canggih yang terus berkembang
dalam suasana masa depan yang gemilang. Garis-garis tebal dan tipis yang
mengesankan gerak pertemuan yang beraturan menggambarkan sifat komunikasi dan
kerjasama yang selaras secara berkesinambungan dan dinamis. Tulisan INDONESIA
dengan huruf Futura Bold Italic,menggambarkan kedudukan perusahaan TELKOM
sebagai Pandu Bendera Telekomunikasi Indonesia {Indonesian Telecommunication
Flag Carrier).
Logo PT
Telkom (Baru)
Logo Telkom
(Baru) mencerminkan brand positioning ”Life Confident” dimana keahlian dan dedikasi
akan diberikan bagi semua pelanggan untuk mendukung kehidupan mereka dimanapun
mereka berada. Brand positioning ini didukung oleh “service culture” baru
yaitu: expertise, empowering, assured, progressive dan heart.
Sekilas logo bulat dengan siluet tangan terkesan simpel;
Simplifikasi logo ini terdiri dari lingkaran biru yang ada di depan tangan
berwarna kuning. Logo ini merupakan cerminan dari “brand value” baru yang
selanjutnya disebut dengan “Life in Touch” dan diperkuat dengan tag line baru
pengganti “committed 2U” yakni “the world is in your hand”.
Untuk lebih mengenal logo ini, ada baiknya kita memaknai arti
dari simbol-simbol tersebut.
Expertise : makna dari lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan produk dan layanan dalam portofolio bisnis baru TELKOM yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media & Edutainment.
Empowering : makna dari tangan yang meraih ke luar. Simbol ini mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.
Assured : makna dari jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecermatan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat
Progressive : kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru.
Heart : simbol dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan.
Expertise : makna dari lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan produk dan layanan dalam portofolio bisnis baru TELKOM yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media & Edutainment.
Empowering : makna dari tangan yang meraih ke luar. Simbol ini mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.
Assured : makna dari jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecermatan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat
Progressive : kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari terbit yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru.
Heart : simbol dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan.
Selain simbol, warna-warna yang digunakan adalah :
Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman yang tinggi
Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif, hangat, dan dinamis
Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencerminkan inovasi dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.
Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman yang tinggi
Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif, hangat, dan dinamis
Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencerminkan inovasi dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.
Strategi Perusahaan PT Telkom
Indonesia
Sasaran
strategi kami untuk mencapai tujuan Perusahaan di tahun 2013 adalah improving market capitalization.
Strategi kami terdiri dari:
·
Directional
strategy: sustainable competitive growth.
·
Portfolio
strategy: converged TIMES portfolio.
·
Parenting
strategy: strategic guidance.
Untuk mencapai ketiga strategi
Perusahaan, kami menjabarkan strategi ke dalam sepuluh inisiatif strategis,
meliputi:
1.
Pusat Keunggulan
Inisiatif strategis untuk mendukung peningkatan kinerja bisnis dan implementasi budaya perusahaan yang baru dengan membentuk “Telkom Corporate University” yang bertujuan mendidik karyawan agar dapat memenuhi standar internasional di industri TIMES.
Inisiatif strategis untuk mendukung peningkatan kinerja bisnis dan implementasi budaya perusahaan yang baru dengan membentuk “Telkom Corporate University” yang bertujuan mendidik karyawan agar dapat memenuhi standar internasional di industri TIMES.
2.
Fokus pada portofolio dengan
pertumbuhan atau value yang tinggi
Prioritas sumber daya pada portofolio yang memiliki pertumbuhan besar dan value yang tinggi bagi Telkom Group. Hal ini termasuk mendukung Telkomsel dalam rangka untuk mempertahankan posisi pertumbuhan dan pasar serta pengembangan broadband melalui program Indonesia Digital Network kami.
Prioritas sumber daya pada portofolio yang memiliki pertumbuhan besar dan value yang tinggi bagi Telkom Group. Hal ini termasuk mendukung Telkomsel dalam rangka untuk mempertahankan posisi pertumbuhan dan pasar serta pengembangan broadband melalui program Indonesia Digital Network kami.
3.
Percepatan ekspansi internasional
Ekspansi internasional melalui partnership, alliances and acquisitions (“A&A”) dan di prioritaskan pada kawasan Asia Pasifik, Middle East dan North Africa. Main vehicle untuk ekspansi internasional melalui entitas anak kami Telin.
Ekspansi internasional melalui partnership, alliances and acquisitions (“A&A”) dan di prioritaskan pada kawasan Asia Pasifik, Middle East dan North Africa. Main vehicle untuk ekspansi internasional melalui entitas anak kami Telin.
4.
Transformasi biaya
Meningkatkan efisiensi biaya dan kapabilitas infrastruktur melalui pemanfaatan teknologi (multiplay/multiservice/multiscreen), pemanfaatan aset yang ada (pemberdayaan aset yang kurang produktif) dan menciptakan bisnis model yang kreatif (melalui partnership untuk sharing cost).
Meningkatkan efisiensi biaya dan kapabilitas infrastruktur melalui pemanfaatan teknologi (multiplay/multiservice/multiscreen), pemanfaatan aset yang ada (pemberdayaan aset yang kurang produktif) dan menciptakan bisnis model yang kreatif (melalui partnership untuk sharing cost).
5.
Pengembangan IDN (id-Access,
id-Ring, id-Con)
Inisiatif untuk mendukung target Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (“MP3EI”) menjangkau 30% households terlayanibroadband pada tahun 2015. IDN (Indonesia Digital Network) juga bertujuan sebagai bridging digital divide.
Inisiatif untuk mendukung target Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (“MP3EI”) menjangkau 30% households terlayanibroadband pada tahun 2015. IDN (Indonesia Digital Network) juga bertujuan sebagai bridging digital divide.
6.
Indonesia Digital Solution (“IDS”)
– Layanan konvergen pada solusi ekosistem digital
Mengembangkan IDS untuk mendukung program Indonesia Digital Network yang terdiri dari digital media ecosystem (bekerjasama dengan partner terbaik dan melakukan diferensiasi melalui bisnis model yang inovatif) dan business solution ecosystem (mempercepat pengembangan ekosistem bisnis yang inovatif dan memberikan layanan yang convergence agar pelanggan mendapat pengalaman yang terbaik).
Mengembangkan IDS untuk mendukung program Indonesia Digital Network yang terdiri dari digital media ecosystem (bekerjasama dengan partner terbaik dan melakukan diferensiasi melalui bisnis model yang inovatif) dan business solution ecosystem (mempercepat pengembangan ekosistem bisnis yang inovatif dan memberikan layanan yang convergence agar pelanggan mendapat pengalaman yang terbaik).
7.
Indonesia Digital Platform (“IDP”)
– Platform enabler untuk pengembangan ekosistem
Mengembangkan IDP untuk memperkaya customer experience dan customer engagement melalui pencarian teknologi terbaik, pengembangan bisnis model yang tepat dan skema kerjasama.
Mengembangkan IDP untuk memperkaya customer experience dan customer engagement melalui pencarian teknologi terbaik, pengembangan bisnis model yang tepat dan skema kerjasama.
8.
Eksekusi sistem pengelolaan anak
perusahaan terbaik
Pemberian strategic guidance kepada entitas anak sangat penting bagi keberhasilan Telkom Group. Secara umum perlakuan ke entitas anak akan menyentuh aspek perencanaan dan optimalisasi sinergi Telkom Group.
Pemberian strategic guidance kepada entitas anak sangat penting bagi keberhasilan Telkom Group. Secara umum perlakuan ke entitas anak akan menyentuh aspek perencanaan dan optimalisasi sinergi Telkom Group.
9.
Mengelola portofolio melalui Board
of Executive (“BoE”) dan Chief Regional Officer (“CRO”)
Mengelola entitas anak yang dikelompokkan dalam empat BoE yang terdiri dari mobile (Telkomsel), multimedia (Metra), infrastructure (Mitratel) dan internasional (Telin) serta tujuh CRO yang terdiri dari area Sumatera, DKI Jakarta, Jabar & Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia.
Mengelola entitas anak yang dikelompokkan dalam empat BoE yang terdiri dari mobile (Telkomsel), multimedia (Metra), infrastructure (Mitratel) dan internasional (Telin) serta tujuh CRO yang terdiri dari area Sumatera, DKI Jakarta, Jabar & Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan dan Kawasan Timur Indonesia.
10. Meningkatkan sinergi didalam Telkom Group
Optimalisasi sinergi ditingkat strategi maupun operasional serta single main function dan cross function.
Optimalisasi sinergi ditingkat strategi maupun operasional serta single main function dan cross function.
Dalam mengimplementasikan directional
strategy: sustainable competitive growth, kami memanfaatkan peluang
pertumbuhan non-organik melalui acquisition & alliance (“A&A”)
dan restrukturisasi perusahaan, yaitu:
1.
A&A program
Implementasi A&A merupakan bagian dari strategi pertumbuhan kami yang bertujuan untuk melakukan mitigasi risiko, pengembangan modal, peningkatan kompetensi serta mendapatkan sinergi dan kontribusi nilai dalam waktu yang cepat. Pada tahun 2013, kami telah melakukan:
Implementasi A&A merupakan bagian dari strategi pertumbuhan kami yang bertujuan untuk melakukan mitigasi risiko, pengembangan modal, peningkatan kompetensi serta mendapatkan sinergi dan kontribusi nilai dalam waktu yang cepat. Pada tahun 2013, kami telah melakukan:
·
akuisisi seluruh saham PT Patra
Telekomunikasi Indonesia (“Patrakom”) sehingga kami dapat mengintegrasikan
kegiatan usaha Patrakom yaitu sebagai penyelenggara telekomunikasi jaringan
tetap tertutup berbasis satelit serta sebagai penyedia solusi dan jaringan
komunikasi dengan ijin Penyelenggara Sistem Komunikasi Stasiun Bumi Mikro
(“SKSBM”),
·
strategic partnership dengan CT Corp melalui penjualan saham Indonusa (“Telkom
Vision”) untuk memperkuat posisi Telkom Vision di industri Pay TV, dan
·
akusisi PT Pojok Celebes Mandiri
yang berbisnis booking & online-ticket melalui aplikasi
POINTER yang telah terhubung dengan maskapai penerbangan nasional dan sejumlah
besar hotel di Indonesia.
2.
Restrukturisasi perusahaan
Restrukturisasi perusahaan dilaksanakan melalui program pengembangan unit bisnis, initial public offering (“IPO”) entitas anak, pembentukan entitas anak baru serta capital injection. Pada tahun 2013, program restrukturisasi perusahaan yang telah kami lakukan meliputi:
Restrukturisasi perusahaan dilaksanakan melalui program pengembangan unit bisnis, initial public offering (“IPO”) entitas anak, pembentukan entitas anak baru serta capital injection. Pada tahun 2013, program restrukturisasi perusahaan yang telah kami lakukan meliputi:
·
pengembangan unit bisnis: splitting Metra
Digital Media dari entitas anak kepemilikan tidak langsung Infomedia;
·
pembentukan entitas anak baru
melalui ekspansi ke pasar luar negeri seperti di Malaysia (MVNO), Australia (business
process outsourcing), Timor Leste (MNO), Macau (retail mobile services),
Taiwan (retail mobile services), Myanmar (international network),
dan di Amerika Serikat (international network); dan
·
penguatan dari sisi pemodalan,
peningkatan kompetensi dan sertifikasi kepada entitas anak Telkom Akses dalam
jasa pembangunan jaringan dan modernisasi akses pelanggan menuju jaringan serat
optik dan broadband.
Perkembangan PT Telkom Indonesia
1882 sebuah
badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap dibentuk pada masa
pemerintahan kolonial Belanda.
1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT).
1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.
1961 Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.
1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.
1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.
1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.
1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel.
1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.
2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM.
2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
Dalam meningkatkan usahanya serta memberikan proteksi yang sesuai dengan keinginan masyarakat, PT.Telkom telah membuka kantor-kantor Cabang dan Perwakilan yang terdapat di berbagai regional yang terdiri dari : 7 DIVRE yaitu Divre 1 Sumatera, Divre 2 Jakarta, Divre 3 Jawa Barat, Divre 4 Jawa Tengah & DI.Yogyakarta, Divre 5 Jawa Timur, Divre 6 Kalimantan, Divre 7 Kawasan Timur Indonesia.
PT. Telkom Juga mempunyai anak perusahaan seperti, Telkomsel, Telkomvision/Indonusa, Infomedia, Graha Sarana Duta / GSD, Patrakom, Bangtelindo, PT FINNET Indonesia.
Berikut adalah beberapa layanan telekomunikasi TELKOM:
* Telepon
1. Telepon tetap (PSTN), layanan telepon tetap yang hingga kini masih menjadi monopoli TELKOM di Indonesia
2. Telkom Flexi, layanan telepon fixed wireless CDMA
Data/Internet
1. TELKOMNet Instan, layanan akses internet dial up
2. TELKOMNet Astinet, layanan akses internet berlangganan dengan fokus perusahaan
3. Speedy, layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band) menggunakan teknologi ADSL
4. e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, TELKOMWeb Kiostron, TELKOMWeb Plazatron)
5. Solusi Enterprise- INFONET
6. TELKOMLink DINAccess
Sampai dengan 31 Desember 2009, jumlah pelanggan TELKOM telah tumbuh sebesar 21,2% atau menjadi 105,1 juta pelanggan. TELKOM melayani 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta pelanggan telepon seluler.
Sampai dengan 31 Desember 2009, sebagian besar dari saham biasa TELKOM dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya dimiliki oleh pemegang saham publik. Saham TELKOM diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London Stock Exchange (“LSE”) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa tercatat). Harga saham TELKOM di BEI pada akhir Desember 2009 adalah Rp9.450 dengan nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2009 mencapai Rp190.512 miliar atau 9,43% dari kapitalisasi pasar BEI.
Untuk menghadapi tantangan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan mobilitas dankonektivitas tanpa putus, TELKOM telah memperluas portofolio bisnisnya yang mencakup telekomunikasi, informasi, media dan edutainment (TIME). Dengan meningkatkan infrastruktur, memperluas teknologi Next Generation Network (NGN) dan memobilisasi sinergi di seluruh jajaran TELKOMGroup, TELKOM dapat mewujudkan dan memberdayakan pelanggan ritel dan korporasi dengan memberikan kualitas, kecepatan, kehandalan dan layanan pelanggan yang lebih baik.
Pada tahun 2009, laba bersih konsolidasian kami sebesar Rp11.332,1 miliar meningkat 6,7% dibanding tahun 2008 atau 100,8% terhadap target tahun 2009. Sementara itu margin laba bersih kami sebesar 17,5% di tahun 2009 yang merupakan pencapaian 105,4% terhadap target margin laba bersih.
Prestasi keuangan tersebut didukung oleh kinerja operasional kami yang juga solid. Saat ini kami melayani 105,2 juta pelanggan, dari bisnis seluler, telepon tidak bergerak dan telepon tidak bergerak nirkabel. jumlah tersebut merupakan pencapaian 106% terhadap target perusahaan. Penambahan pelanggan kami dipimpin oleh bisnis seluler yang bertambah 16,34 juta pelanggan atau pencapaian 162% terhadap target perusahaan tahun 2009.
1906 Pemerintah Kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/PTT).
1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai negara merdeka dan berdaulat, lepas dari pemerintahan Jepang.
1961 Status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel).
1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun internasional.
1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari Perumtel.
1989 Undang-undang nomor 3/1989 tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan telekomunikasi.
1991 Perumtel berubah bentuk menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25 tahun 1991.
1995 Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995. sejak itu saham TELKOM tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange.
1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra – dengan mitra PT Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa Barat dan Banten – dengan mitra PT Aria West International (AriaWest); Divisi Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta – dengan mitra PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan – dengan mitra PT Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia – dengan mitra PT Bukaka Singtel.
1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli penyelenggaraan telekomunikasi.
2001 TELKOM membeli 35% saham Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi ini, TELKOM menguasai 72,72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90,32% saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam laporan keuangan TELKOM.
2002 TELKOM membeli seluruh saham Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12,72% saham Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki 65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan telekomunikasi lokal.
Dalam meningkatkan usahanya serta memberikan proteksi yang sesuai dengan keinginan masyarakat, PT.Telkom telah membuka kantor-kantor Cabang dan Perwakilan yang terdapat di berbagai regional yang terdiri dari : 7 DIVRE yaitu Divre 1 Sumatera, Divre 2 Jakarta, Divre 3 Jawa Barat, Divre 4 Jawa Tengah & DI.Yogyakarta, Divre 5 Jawa Timur, Divre 6 Kalimantan, Divre 7 Kawasan Timur Indonesia.
PT. Telkom Juga mempunyai anak perusahaan seperti, Telkomsel, Telkomvision/Indonusa, Infomedia, Graha Sarana Duta / GSD, Patrakom, Bangtelindo, PT FINNET Indonesia.
Berikut adalah beberapa layanan telekomunikasi TELKOM:
* Telepon
1. Telepon tetap (PSTN), layanan telepon tetap yang hingga kini masih menjadi monopoli TELKOM di Indonesia
2. Telkom Flexi, layanan telepon fixed wireless CDMA
Data/Internet
1. TELKOMNet Instan, layanan akses internet dial up
2. TELKOMNet Astinet, layanan akses internet berlangganan dengan fokus perusahaan
3. Speedy, layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band) menggunakan teknologi ADSL
4. e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, TELKOMWeb Kiostron, TELKOMWeb Plazatron)
5. Solusi Enterprise- INFONET
6. TELKOMLink DINAccess
Sampai dengan 31 Desember 2009, jumlah pelanggan TELKOM telah tumbuh sebesar 21,2% atau menjadi 105,1 juta pelanggan. TELKOM melayani 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta pelanggan telepon seluler.
Sampai dengan 31 Desember 2009, sebagian besar dari saham biasa TELKOM dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya dimiliki oleh pemegang saham publik. Saham TELKOM diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London Stock Exchange (“LSE”) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa tercatat). Harga saham TELKOM di BEI pada akhir Desember 2009 adalah Rp9.450 dengan nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2009 mencapai Rp190.512 miliar atau 9,43% dari kapitalisasi pasar BEI.
Untuk menghadapi tantangan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan mobilitas dankonektivitas tanpa putus, TELKOM telah memperluas portofolio bisnisnya yang mencakup telekomunikasi, informasi, media dan edutainment (TIME). Dengan meningkatkan infrastruktur, memperluas teknologi Next Generation Network (NGN) dan memobilisasi sinergi di seluruh jajaran TELKOMGroup, TELKOM dapat mewujudkan dan memberdayakan pelanggan ritel dan korporasi dengan memberikan kualitas, kecepatan, kehandalan dan layanan pelanggan yang lebih baik.
Pada tahun 2009, laba bersih konsolidasian kami sebesar Rp11.332,1 miliar meningkat 6,7% dibanding tahun 2008 atau 100,8% terhadap target tahun 2009. Sementara itu margin laba bersih kami sebesar 17,5% di tahun 2009 yang merupakan pencapaian 105,4% terhadap target margin laba bersih.
Prestasi keuangan tersebut didukung oleh kinerja operasional kami yang juga solid. Saat ini kami melayani 105,2 juta pelanggan, dari bisnis seluler, telepon tidak bergerak dan telepon tidak bergerak nirkabel. jumlah tersebut merupakan pencapaian 106% terhadap target perusahaan. Penambahan pelanggan kami dipimpin oleh bisnis seluler yang bertambah 16,34 juta pelanggan atau pencapaian 162% terhadap target perusahaan tahun 2009.
Referensi
https://kioslambang.wordpress.com/tag/arti-logo-telkom/
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8739869794580393881#editor/target=post;postID=6614567238836535424
http://fauzyibrahim.blogspot.com/2014/03/biografi-perkembangan-dan-profil-pt.html
http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0032_strategi.html
https://kioslambang.wordpress.com/tag/arti-logo-telkom/
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=8739869794580393881#editor/target=post;postID=6614567238836535424
http://fauzyibrahim.blogspot.com/2014/03/biografi-perkembangan-dan-profil-pt.html
http://www.telkom.co.id/UHI/CDInteraktif2013/ID/0032_strategi.html
0 comments:
Post a Comment